oleh s. anam
“Copet….. Copet….”
Ya,,
kata itulah yang sering aku dengar sambil berlari sekuat tenaga dalam
pengejaran warga dengan sesekali menghela nafas. Sebuah rutinitas olahraga berkeringat dosa yang membosankan serta suatu
realita kehidupanku yang berlangsung setiap hari.
Dengan
selingan suara pengejaran “Awas kau !! jika sampai tertangkap..” dengan
membentak aku terus melesat bagaikan mobil balap yang ingin memenangkan
perlombaan. Sambil tersenyum bangga ketika tak ada orang yang mengejarku bak
seorang pemenang perlombaan bahkan olimpiade balap sedunia.
Bagaimana
tidak?? Jika tidak ketangkap, uang atau makanan yang ku dapatkan, dan jika
tertangkap babak belur lah yang aku makan atau sekedar numpang makan di jeruji
besi.
Berawal
dari pertemanan dengan anak jalanan yang berprofesi sama sepertiku saat ini,dengan
sebuah ekspedisi berdosa yang ku lakukakan. Mulanya hanya spekulasi ku
belakatapi apalah daya aku mulai ketagihan, sampai saat ini. walaupun akhir2nya
jeruji besi lah yang menjadi peraduanku.rumah keduaku.
***
Haripun
berguguran, seperti biasanya aku melesat,menyisip di antara manusia yang sedang
berbelanja di pasar. Dengan pakaian rapi bak orang kantoran , maklumlah di
zaman yang modern ini pencopet seperti ku ini juga harus modernisasi sesuai
perkembangan zaman. Biasanya kami terkenal dengan baju yang bagaikan kekurangan
kain hingga salah satu dari mereka berteriak ‘Copeett,,Copeett’ !!
Aku
pun mulai mencari mangsa sampai akhirnya ,terlihatseorang kakek-kakek yang
masih terlihat segar dengan pakaian kantornya, bermata focus. Dengan gerakan
kaki yang terlatih aku pun mulai mendekatinya, akupunmulai melancarkan tanganku
ke saku belakang yang kulihat . saku belakangnya. sebuah dompet yang menjorok keluar . melewati
celah-celah lautan manusia yang menghalangiku.
Dengan
sigap aku mengambilnya.Dengan perlahan. Ku langkahkan kaki ini keluar dari
lautan manusia di tempat itu. Sampai akhirnya aku berhasil masuk ke sebuah
rumah kosong yang ku yakini tak ada seorang pun yang menyangka, ada seseorang yang
ada di dalamnya.
“aman…aman”
batinku , ku buka dompet hasil kerjaku , dengan mimik yang mengharapkan adanya
uang di dalamnya.Tapi….. alangkah sialnya, “kosong”.hanya kartu-kartu tak
berguna yang kudapatkan. Belum sempat tangan ini melempar dompet tak beguna itu
,tiba-tiba terdengar suara “ Assalamu’alaikum Mas.. sudah selesai? Kalau sudah
selesai tolong kembalikan!”. Perasaan keingintahuan menyelimutiku,badan
langssung aku balik . sungguh kaget ternyata yang ku lihat seorang kakekkorban
copetku.
***
Aku
pun langsung termenung karena kejadian aneh ini, berbagai pertanyaan muncul ;
Bagaimana kakek itu tau kalau aku ada di
sini atau bagaimana ia tau kalau aku yang mencuri dompetnya padahal ia tak
melihatku. Lagipula kalau ia melihatku bagaimana ia tau aku di sini??
Belum
sempat aku tersadar dari renungan ini, kakek itu mengulangi pertanyaannya lagi dan lagi. dompet yang ku genggam lepas dari
tangan ini, tergeletak di lantai. Karena melihat dompetnya tergeletak di lantai
ia pun langsung mengambilnya dan mengucapkan salam perpisahan.
“Assalamu’alaikum Mas” sambil melangkah keluar . Belum jauh di pandangan kakek itu,akhirnya
aku tersadar “Kek,dalem e pundi??” sebuah kalimat keluar dari mulutku. “ Sak wetane pasar mas” jawabnya, berhenti
melangkah.
Dengan
perasaan yang mengganggu ini , mulai kutapakkan kakiini menuju sebuah tempat yang
di tunjukkan kakek itu.
***
terik
matahari mulai menembus kepalaku, menuntunku ke tempat itu. Tidak begitu lama
berjalan, aku berhenti di sebuah masjid sederhana,yang ku rasa… ini tempat yang
di maksud kakek itu. Karena lelah berjalan,aku regankan otot-otot kaki dan
merebahkan tubuh penuh dosa ini di tempat suci ini, tanpa sengaja aku tertidur
sampai tiba waktu sholat Maghrib. Aku terbangun dengan seorang kakek-kakek yang
membantuku duduk, ternyatasi kakek. Ia pun bertanya padaku.. “Mas, sudah lama
di sini??” “iya kek ,tadi siang aku datang kemari mencari kakek, tapi entah
kenapa aku mengantuk dan tidur di sini” ujarku. Sambil kebingungan. Si Kakek pun
bertanya lagi “Oooh,, lalu apa yang
membawa mas kesini”. Aku pun kembali membalas “Saya ingin cerita mengenai
pekerjaan ini, skalian mau minta nasehat dari kakek . karena hanya kakek yang
saya rasa dapat membantu mencari solusinya”belum sempat aku menghela nafas. “Insya
Allah Mas” gumamnya.
Mulai
dari kuceritakan perasaan-perasaanyang menggangguku, setiap kali menikmati
hasil rutinitas dosa ini . berbagai solusi dan nasehat pun di lantunkannya
kepadaku.
Kini
semua rutinitas dosa itu telah berakhir, setelah pertemuan yang tidak di sengaja
itu.. berbalik 80 derajat. aku yang
sekarang hanyalah seorang marbot masjid yang hanya bergelantungan dibawah
tangan sang pencipta._taqarrub illallah.
***
himaexa@gmail.com
No comments:
Post a Comment