Showing posts with label tugas. Show all posts
Showing posts with label tugas. Show all posts

Makalah sosiologi tentang agen SOSIALISASI

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia pada umumnya tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka manusia harus memerlukan sebuah sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah cara yang harus di lakukan agar manusia dapat mengerti dan mengetahui apa itu peran dan norma agar manusia mampu berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.
Selain itu manusia juga harus mempelajari dan mengetahui agen-agen dan tahap-tahap dalam sosialisasi, apabila sudah mengetahui apa itu sosialisasi, maka harus tahu isi atau cara-cara di dalam sosialisasi begitu juga agen-agen dan tahap-tahap dalam sosialisasi, agar kita bisa lebih mengenal sosialisasi dan tempat berlangsungnya sosialisasi.
Kemudian apabila sosialisasi dan agen-agen serta tahap-tahapnya tidak berjalan dengan baik maka, akan membuat orang itu tidak tahu apa-apa. Begitu juga orang yang tahu sosialisasi tetapi tidak di jalankan sama saja tidak tahu apa-apa, begitu sebaliknya.
Agen-agen dan tahap-tahap sosialisasi itu bisa didefinisikan sebagai isi dalam sosialisasi, dan menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi.

B. RUMUSAN MASALAH
a.      apa itu agen sosialisasi ?
b.      apa saja agen dalam sosialisasi ?
c.       apa fungsi keluarga menurut WILLIAM J. GOODE (1983)
d.      apa peranan kelompok bermain persahabatan bagi perkembangan  kepribadian anak
e.      pengertian sekolah menurut ROBERT DREEBEN (1968)
f.        apa fungsi dan peran sekolah sebagai media sosialisasi !
g.      apa pendapat GEORGE HERBERT MEAD tentang tahap sosialisasi ?
h.      apa tahap-tahap menurut george herbert mead ?
i.        apa pendapat CHARLES HORTON COOLEY mengenai tahap sosialisasi ?
j.        apa tiga tahap terbentuknya looking-glass self !


BAB II
PEMBAHASAN
A.   AGEN (MEDIA) SOSIALISASI       
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Terhadap lima agen sosialisasi, yaitu keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, media massa dan masyarakat. Pesan-pesan yang di sampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain. Proses sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain. Akan tetapi, di masyarakat, sosialisasi dijalankan oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
a.  Keluarga (kinship)
          Keluarga merupakan tempat seorang anak yang baru lahir mengalami proses sosialisasi pertama kali. Di dalam keluarga, anak mulai mengenal seluruh anggota keluarganya. Dalam pembentukan sikap dan kepribadian, anak sangat dipengaruhi oleh cara dan corak orang tua dalam mendidik melalui kebiasaan, teguran, nasehat, maupun perintah dan larangan. Pengaruh sosialisasi dan enkulturasi dari keluarga bagi pembentukan dan perkembangan individu kelak sangat besar.
Berikut secara umum fungsi keluarga menurut William j. Goode (1983).
1)      Pengaturan seksual
Keluarga sebagai pengaturan seksual artinya mengatur hubungan jenis kelamin antar anggota keluarganya. Hubungan seksual antara ayah dan ibu harus tertib menurut norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2)      Reproduksi
Keluarga sebagai agen sosialisasi berperan sebagai tempat yang aman dalam bereproduksi atau melahirkan anak. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh ayah dan ibunya di lingkungan rumah. Oleh karena itu orang tua bebas menentukan atau menginginkan jumlah anak yang akan dilahirkan.
3)      Pemeliharaan
Sebelum dewasa, setiap anak membutuhkan perawatan pendidikan dan kasih sayang dari orang tuanya. Tanpa pemeliharaan dari kedua orang tuanya setiap anak tidak akan tumbuh dan berkembang secara baik pula.

4)      Sosialisasi
Berfungsi sebagai proses berlangsungnya sosialisasi bagi seluruh anggota keluarganya. Sejak lahir hingga dewasa anak melakukan hubungan sosial dengan keluarganya. Dalam berinteraksi setiap anak mempelajari nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Hal yang diperbolehkan dan yang dilarang dipelajarinya. Dengan demikian, lingkungan keluarga merupakan tempat belajar yang utama bagi setiap anak untuk bekal berinteraksi sosial dalam pergaulan hidup bermasyarakat yang lebih luas.
5)      Kontrol sosial
Keluarga menjadi kontrol sosial (pengawasan) sosial artinya keluarga dapat berperan sebagai pengontrol tindakan-tindakan semua anggota keluarganya.
b.                       Kelompok Bermain atau Teman Sebaya (peer Group)
          Teman sepermainan merupakan kelompok sebaya yang terdiri dari beberapa anak yang memiliki umur relatif sama. Dalam kelompok bermain pulalah seorang anak mulai belajar tentang berbagai nilai-nilai dalam masyarakat. Teman sepermainan menjadi tempat atau agen sosialisasi yang utama karena melalui teman sepermainan anak akan mengenal berbagai hal seperti, kata-kata, sikap, dan perilaku.
          Berikut peran positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak.
1)             Anak merasa aman dan nyaman karena dianggap penting dalam kelompoknya.
2)             Kelompok persahabatan dapat mengembangkan sikap kemandirian remaja dengan baik.
3)             Remaja mendapat tempat yang baik untuk menyalurkan rasa kecewa, kuatir, takut, gembira dan sebagainya.
4)             Remaja dapat mengembangkan keterampilan sosial yang mungkin berguna dalam kehidupan kelak melalui interaksi dalam kelompoknya.
5)   Kelompok persahabatan biasanya memiliki pola perilaku dalam kaidah-kaidah tertentu yang dapat mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.
6)   Setiap anggota kelompok dapat mengembangkan keterampilan berorganisasi yang tinggi.
          Dalam proses sosialisasi, interaksi sosial berlangsung di antara teman sebaya dapat menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
1)    Terjadinya proses akulturasi dan asimilasi budaya karena dalam satu kelompok teman sebaya terdiri dari beberapa orang memiliki latar belakang pribadi dan budaya daerah asal yang berbeda-beda.
2)    Kelompok teman sebaya mengajarkan mobilitas sosial yaitu, penggerakan posisi seseorang secara dinamis baik vertikal maupun horizontal dalam struktur organisasi kelompok.
3)    Kelompok teman sebaya memicu kesempatan seorang anak memperoleh peran dan status baru.
c.              Sekolah
          Agen sosialisasi berikutnya adalah sekolah atau pendidikan formal. Di sekolah, seorang anak mempelajari hal-hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga maupun kelompok. Sekolah mempersiapkan individu untuk peran-peran baru di masa mendatang saat ia tidak bergantung lagi kepada kedua orang tuanya. Tujuannya, memengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi juga menanamkan kemandirian, tanggung jawab, dan tata tertib.
          Robert Dreeben (1968) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah di samping membaca, menulis, dan menghitung juga aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan kekhususan (specificity).
          Berikut fungsi dan peran sekolah sebagai media sosialisasi.
1)             Menanamkan nilai
Menurut Emile Durkheim, sekolah mempunyai tugas dan fungsi untuk menanamkan nilai-nilai yang bermanfaat guna mempertahankan sistem sosial. Sekolah merupakan gambaran (miniatur) dari masyarakat. Sebagai salah satu agen sosialisasi, sekolah memiliki peran sentral yaitu, mengubah maupun memproduksi berbagai sistem nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
2)             Menanamkan peranan sosial
Dalam berbagai kegiatan di sekolah, siswa diajarkan berbagai kecakapan. Mereka juga berkesempatan memegang peran dalam berbagai organisasi (OSIS, Pramuka, pecinta alam, dan lain-lain ).
3)             Menciptakan Integrasi Sosial
Peran ini penting bagi bangsa indonesia yang memiliki beragam suku, agama, dan kelompok sosial. Sekolah mengajarkan nilai-nilai hidup bersama dan toleransi kepada para siswa. Nilai-nilai tersebut diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari warga sekolah. Bentuknya dapat berupa pemberian perlakuan, kesempatan, dan pelayanan yang sama kepada setiap siswa.
4)             Melahirkan Trobosan-trobosan Baru
Proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah memungkinkan terciptanya hal-hal baru yang positif.
5)             Membentuk kepribadian siswa
Siswa dibiasakan tertib, berpikir logis, hidup terencana, bekerja sama, berpacu dalam prestasi, saling menghargai, dan bertenggang rasa. Akhirnya, terbentuklah kepribadian siswa sehingga menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna.
d.              Lingkungan kerja
Lingkungan kerja sebagai agen sosialisasi juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan, atau dengan relasi bisnis. Kelompok kerja misalnya, pegawai kantor, pedagang, petani, dan lain-lain.
Dalam suatu proses interaksi akan terjadi proses saling memengaruhi. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menjadi bagian dari dirinya. Jadi, apabila seseorang lama bekerja di lingkungan kerja tertentu kemudian pindah ke lingkungan kerja lain, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan kerja yang baru tersebut.
Adapun identifikasi proses sosialisasi yang terjadi di lingkungan kerja adalah sebagai berikut.
1)   Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja.
2)   Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa.
3)   Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan.
4)   Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antarkolega.

e.    Media Massa
Media massa terdiri dari media cetak dan elektronik. Media massa diidentifikasikan sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Pesan-pesan yang ditayangkan di televisi dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku proporsional (sesuai dengan norma-norma masyarakat) atau perilaku antisosial (bertentangan dengan norma-norma masyarakat). Oleh karena itu, media massa memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan emosi masyarakat, maka penayangan harus disesuaikan dengan kepribadian berdasarkan kualitas dan frekuansi pesan yang disampaikan.
f.     Masyarakat
Masyarakat memberi pengaruh dalam proses sosialisasi seseorang karena orang tersebut akan banyak berinteraksi dengan masyarakat sekitar di mana ia tinggal. Mudah tidaknya seorang individu bersosialisasi dipengaruhi oleh kemajemukan suatu masyarakat, di mana semakin majemuk suatu masyarakat maka proses sosialisasi akan semakin sulit.
Masyarakat pedesaan pada umumnya masih bersifat homogen sehingga proses sosialisasi bisa berjalan dengan lancar. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang mempunyai tingkat kemajemukan yang tinggi sehingga pelaksanaan sosialisasi akan sulit terjadi.
B. TAHAP-TAHAP PROSES SOSIALISASI
a. Pemikiran George Herbert Mead
   George berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui tahap-tahap sebagai berikut.
1)                  Tahap persiapan (Preparatory Stage)
          George Herbert Mead mengemukakan bahwa tahap persiapan merupakan tahap persiapan seorang anak untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya. Dalam tahap persiapan ini seorang anak akan melakukan kegiatan meniru secara tidak sempurna.
          Pada tahap ini seorang anak dipersiapkan untuk mengenal dunia sosialnya dan diharapkan dapat mengikuti tatanan yang berlaku dalam masyarakat, tanpa melupakan pengenalan terhadap perwatakan yang ada pada dirinya. Pada tahap ini anak menunjukkan perilaku belajar berbicara pertama kali.
2)        Tahap meniru (Play Stage)
            Tahap meniru di tandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini, mulai berbentuk kesadaran tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya. Anak mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dari apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dari sebagian orang tersebut, merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang sangat berarti.
3)        Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
            Pada tahap siap bertindak, peniruan yang dilakukan seorang anak sudah mulai berkurang dan akan digantikan peranan yang dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran dan kreativitas. Anak mempunyai kemampuan untuk memosisikan dirinya pada posisi orang lain dan menyadari segala sesuatu yang dilakukannya sehingga akan memunculkan kemampuan berinteraksi dalam masyarakat.
4)        Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generilized Stage)
            Pada tahap ini seseorang telah di anggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya pada masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa, tidak hanya dengan orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Dan menjadi masyarakat sepenuhnya.
b. Pemikiran Charles Horton Cooley
            Berdasarkan pendapat Charles H. Cooley, konsep diri (self concept) seseorang berkembang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain disebut looking-glass self (diri yang bercermin / memandang diri sendiri).
Berikut tiga tahap terbentuknya looking-glass self.
1)   Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
2)   Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap penampilannya.
3)   Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai perasaan orang lain terhadapnya.
AGEN-AGEN LAIN
Selain keluarga, sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional masyarakat dan lingkungan kerja. Semuanya membantu seseorang dalam membentuk pandangannya sendiri tentang dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat besar.
Keluarga
Kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang adalah keluarga.
Dimana kita juga diperkenalkan tentang nilai gender misal : anak perempuan membantu ibu di dapur dan anak laki-laki membantu ayahnya membetulkan genting.
 Tapi , sebelum si anak terlanjur terjerumus, orangtua dapat melakukan berbagai upaya untuk melindungi si anak. Dan pastinya apa yang di ajarkan oleh keluarga akan dibawa oleh anak dari rumah keluar rumahnya ketika ia berinteraksi dengan teman sebayanya.
            Adapun upaya itu adalah :
1. Memberi kebebasan bersyarat di mana anak dibiarkan untuk tetap bergaul dengan teman-temannya tetapi tetap diawasi. 
2. Diberikan pendidikan agama yang cukup di luar lingkungan sekolah 
3. Memberikan contoh dampak negatif orang yang sudah terjerumus dalam pergaulan yang negatif 
4. Berusaha untuk menjadi teman curhat anak dan memberikan solusi/saran yang intinya mendukung anak, agar mereka tidak merasa kesepian dan melampiaskannya pada pergaulan
Jadi, tidak selamanya teman sepermainan itu dapat memberikan dampak yang baik atau positif terhadap kepribadian si anak, melainkan ada juga dampak negatifnya.








BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
      Fungsi serta agen dan tahap-tahap sosialisasi sebagai peran dalam keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, media massa, serta masyarakat sangat berpengaruh terhadap berkembangnya pola pikir serta tingkah laku anak. Seperti keluarga, membimbing dan membesarkan anak, terus teman bermain anak mempelajari nilai dan norma, kultur, peran agar anak dapat berpartisipasi yang efektif di dalam kelompok bermainnya, sekolah juga seperti itu, menanamkan nilai, melahirkan trobosan-trobosan baru, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian seseorang, serta masyarakat, memberi pengaruh besar dalam proses sosialisasi seseorang karena orang tersebut akan banyak berinteraksi degan masyarakat sekitar di mana ia tinggal.



















DAFTAR PUSTAKA

Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Mu’in, Idianto. 2004. Sosiologi Jilid 1 SMA Kelas X. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar; Edisi Baru Keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


himaexa@gmail.com

Contoh Laporan Penelitian Sosiologi tentang narkoba

 DAMPAK KETERGANTUNGAN NARKOBA BAGI PELAJAR TINGKAT SMA
Kata pengantar
Assallamu’allaikumWr.Wb
            Alamdullilahirabbil’alamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit selai yang kita ingat. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam atas segala berkat, rahmat, taufik, dan hidayahnya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Dampak Ketergantungan Narkoba Bagi Pelajar Tingkat SMA “
            Dalam penyusunnya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Eni PrasetyaningrumS.Pd yang telah memebrikan dukungan, ibu guru yang telah memberikan bimbingan, dan teman teman yang telah memberi dukungan.
            Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih biak lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
                                                           
Purbalingga, 26 Mei 2014
Penyusun



DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ 1
Daftar ISI................................................................................................................................. 2
BAB I : Pendahuluan............................................................................................................. 3
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 3
B. Rumusan masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan penelitian ........................................................................................................ 3
D. Manfaat dilakukan penelitian....................................................................................... 3
E. Hipotesis..................................................................................................................... 3
BAB II : Kerangka Teoritis....................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................. 4
B. Rumusan masalah........................................................................................................ 4
C. Tujuan penelitian.......................................................................................................... 4
D. Manfaat dilakukan penelitian........................................................................................ 4
E. Hipotesis..................................................................................................................... 4
BAB III : Metodologi Penelitian.................................................................................................................. 5
A. Pemilihan Objek......................................................................................................... 5
B. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................... 5
BAB IV : Pelaksanaan Penelitian.................................................................................................................. 6
BAB V : Kesimpulan Dan Saran........................................................................................................................... 9
Indeks........................................................................................................................ 10
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Kini banyak terdengar dan terlihat di televisi, Social media, kabar berita, banyak berita tentang narkoba, lebih jelasnya, tentang dampak ketergantungan narkoba bagi pelajar. Narkoba yang banyak disalahgunakan bagi pelajar, hanya ingin terlihat lebih jantan, namun pada pengguna tidak mengetahui dampak dari ketergantungan narkoba yang akan berakibat fatal. Para pengguna banyak jatuh miskin karena penghasilannya digunakan untuk membeli narkoba. Bukan hanya harganya yang mahal, narkoba juga mengandung zat – zat yang berbahaya jika tidak sesuai dengan dosis dokter.
B.  Rumusan masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat disimpulkan yaitu apa dampak
ketergantungan narkoba bagi pelajar.
C.  Tujuan penelitian
Dari penelitian ini, pembaca akan mengetahui dampak ketergantungan narkoba khususnya bagi para pelajar.
D.  Manfaat dilakukan penelitian
a.       Untuk mengetahui berapa banyak pelajar yang mengonsumsi narkoba.
b.      Lebih tahu dampak penggunaan narkoba.
c.       Mengajarkan kita hidup sehat dengan tidak mengonsumsi narkoba.
E.   Hipotesis
Daya tahan tubuh yang mengurang dan tingkat kesadaran yang mengurang mungkin salah satu dari dampak ketergantungan narkoba bagi pelajar.

BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Narkoba
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Semua istilah ini, baik "narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurut pakar kesehatan, narkoba sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yang biasa dipakai untuk membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untuk penyakit tertentu. Namun kini persepsi itu disalahartikan akibat pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
B. Pelajar
Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang mengikuti pendidikan formal tingkat dasar maupun pendidikan formal tingkat menengah.
C.  SMA
Sekolah menengah atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12.
Pada tahun kedua (yakni kelas 11), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3 jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.
Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk program wajib belajar pemerintah - yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP (atau sederajat) 3 tahun - maskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan program wajib belajar 12 tahun yang mengikut sertakan SMA di beberapa daerah, contohnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.


BAB III
METODOLGI PENELITIAN
A. PEMILIHAN OBJEK
                   
                    Objek dalam penelitian ini adalah Para pelajar SMA di Indonesia dan dampaknya.
B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang kami pakai adalah metode deskriptif.

BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN
Kalangan pelajar dianggap masih rentan terkena dampak peredaran narkoba. Pelajar juga termasuk dalam empat besar pemakai narkoba di Jakarta.
Rentannya narkoba masuk ke kalangan pelajar diduga karena faktor pergaulan. Demikian disampaikan Direktur Narkoba Polda Metro Jaya Komisaris Besar Nugroho Aji Wijayanto, Selasa (1/11/2011), di Mapolda Metro Jaya. "Pelajar termasuk empat besar pengguna narkoba," ujarnya.
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, jumlah pemakai narkoba dilihat dari pekerjaannya, yakni penganggur (65 persen), pegawai swasta (20 persen), pedagang (10 persen), dan pelajar (4 persen).
Sementara jumlah pengguna narkoba di Jakarta mencapai 280.000 jiwa. Nugroho mengatakan, jumlah pemakai dari kalangan narkoba memang baru menempati peringkat keempat.
Namun, hal itu tetap saja perlu diwaspadai. Menurutnya, rata-rata para pelajar ini mengonsumsi narkoba karena faktor pergaulan. "Ada yang merasa hebat kalau pakai narkoba, ada yang pakai karena ikut-ikutan. Kebanyakan karena diajak teman, ini yang perlu diwaspadai," tutur Nugroho.
Para pelajar ini paling banyak mengonsumsi ganja dan ekstasi. "Ganja paling banyak karena harganya murah dan terjangkau para pelajar," tutur Nugroho.
Petugas Humas Badan Narkotika Nasional, Sumirat, mengatakan, akses pelajar terhadap narkoba semakin dekat. Pasalnya, mereka sangat mudah diajak untuk mengonsumsi narkoba. Para pengedar pun melancarkan pendekatan yang cerdik.
"Mereka tahu untuk meraih pasar pelajar, mereka perlu dekati dulu salah satu anggota gengnya. Nanti yang lain akan diajak oleh temannya itu. Pelajar enggak akan mau konsumsi kalau bukan dari yang dikenal," kata Sumirat.
Karena masih dalam pencarian jati diri dan ketakutan akan ditolak dari kelompoknya, akhirnya para remaja ini pun mau mengonsumsi narkoba. "Mereka takut tidak diakui kelompoknya," ucap Sumirat.
Baik Nugroho maupun Sumirat meyakini bahwa penyuluhan di tingkat sekolah akan sangat efektif dalam mencegah para remaja terjerumus narkoba. Polda Metro Jaya sendiri melakukan kegiatan penyuluhan tidak hanya terhadap siswa, tetapi juga guru.
"Guru kami perkenalkan ini lho yang namanya ganja, ini dampaknya, supaya mereka tahu kalau menemukan ada siswa yang begitu bisa langsung diinformasikan ke kami. Kami juga akan langsung datang ke sekolah-sekolah agar mereka yang belum kena ini jangan sampai pakai," ujarnya.
Sumirat menambahkan, di BNN ada tiga langkah strategis yang dilakukan dalam upaya memerangi narkoba. Tiga langkah itu yakni dengan melakukan edukasi dan sosialisasi di tataran pencegahan, menerapkan sistem wajib lapor terhadap pengguna narkoba supaya bisa melakukan rehabilitas, dan mengungkap sindikat narkoba. "Ini yang tidak bisa dipisah satu per satu, semuanya harus sejalan dan dilaksanakan bersama," paparnya.
Menurut sumber sumber yang ada, penyalahgunaan narkoba dapat berdampak seperti berikut :
Dampak Fisik:
  1. Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf.
  2. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut otot jantung, gangguan peredaran darah.
  3. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
  4. Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
  5. Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat, pengecilan hati dan sulit tidur.
  6. Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti: penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta gangguan fungsi seksual.
  7. Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak haid).
  8. Bagi pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV yang hingga saat ini belum ada obatnya.
  9. Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa menyebabkan kematian.
Dampak Psikis:
  1. Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
  2. Hilang kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
  3. Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
  4. Sulit berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
  5. Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri.
Dampak Sosial:
  1. Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
  2. Merepotkan dan menjadi beban keluarga
  3. Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram.
Dampak fisik, psikis dan sosial berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya) dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi. Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dll.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.  KESIMPULAN
Masih banyak pelajar di Indonesia yang belum mengerti dan ada pula yang meremehkan ancaman dampak dari penyalahgunaan narkoba, sehingga banyak yang terjerumus kedalamnya. Padahal, dampak yang dialami sangat berbahaya bagi kondisi fisik maupun psikis para pemakainya, bahkan bisa menyebabkan kematian.
B.   SARAN
Untuk mengurangi banyaknya pengguna narkoba di kalangan pelajar, maka harus digalakan program anti narkoba di Indonesia.
INDEKS
Narkoba,         3, 5, 6, 7, 9
Pelajar, 3, 4, 5, 6, 9
Dampak,          3, 5, 6, 7, 8

Atur acara api unggun

                      Ditengah keheningan malam.......... bersana bulan dan bintang yang bertaburam............ bersama pula alunan san...