BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia pada umumnya tidak bisa hidup tanpa orang lain, maka
manusia harus memerlukan sebuah sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah cara
yang harus di lakukan agar manusia dapat mengerti dan mengetahui apa itu peran
dan norma agar manusia mampu berpartisipasi sebagai anggota kelompok
masyarakat.
Selain itu manusia juga harus mempelajari dan mengetahui
agen-agen dan tahap-tahap dalam sosialisasi, apabila sudah mengetahui apa itu
sosialisasi, maka harus tahu isi atau cara-cara di dalam sosialisasi begitu
juga agen-agen dan tahap-tahap dalam sosialisasi, agar kita bisa lebih mengenal
sosialisasi dan tempat berlangsungnya sosialisasi.
Kemudian apabila sosialisasi dan agen-agen serta
tahap-tahapnya tidak berjalan dengan baik maka, akan membuat orang itu tidak
tahu apa-apa. Begitu juga orang yang tahu sosialisasi tetapi tidak di jalankan
sama saja tidak tahu apa-apa, begitu sebaliknya.
Agen-agen dan tahap-tahap sosialisasi itu bisa didefinisikan
sebagai isi dalam sosialisasi, dan menjadi tempat berlangsungnya sosialisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
a. apa itu agen
sosialisasi ?
b. apa saja agen
dalam sosialisasi ?
c. apa fungsi
keluarga menurut WILLIAM J. GOODE (1983)
d. apa
peranan kelompok bermain persahabatan bagi perkembangan
kepribadian anak
e. pengertian
sekolah menurut ROBERT DREEBEN (1968)
f.
apa fungsi dan peran sekolah sebagai
media sosialisasi !
g. apa pendapat
GEORGE HERBERT MEAD tentang tahap sosialisasi ?
h. apa
tahap-tahap menurut george herbert mead ?
i.
apa pendapat CHARLES HORTON COOLEY mengenai tahap sosialisasi ?
j.
apa tiga tahap terbentuknya
looking-glass self !
BAB II
PEMBAHASAN
A. AGEN (MEDIA) SOSIALISASI
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak
yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Terhadap lima agen sosialisasi,
yaitu keluarga,
kelompok bermain, sekolah, lingkungan kerja, media massa dan masyarakat.
Pesan-pesan yang di sampaikan agen sosialisasi berlainan dan tidak selamanya
sejalan satu sama lain. Proses
sosialisasi akan berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh
agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan atau selayaknya saling mendukung satu sama lain.
Akan tetapi, di masyarakat,
sosialisasi dijalankan oleh individu dalam situasi konflik pribadi karena
dikacaukan oleh agen sosialisasi yang berlainan.
a. Keluarga
(kinship)
Keluarga
merupakan tempat seorang anak yang baru lahir mengalami proses sosialisasi
pertama kali. Di dalam keluarga, anak mulai mengenal seluruh anggota
keluarganya. Dalam pembentukan sikap dan kepribadian, anak sangat dipengaruhi
oleh cara dan corak orang tua dalam mendidik melalui kebiasaan, teguran,
nasehat, maupun perintah dan larangan. Pengaruh sosialisasi dan enkulturasi
dari keluarga bagi pembentukan dan perkembangan individu kelak sangat besar.
Berikut secara umum fungsi keluarga menurut William j. Goode (1983).
1)
Pengaturan seksual
Keluarga
sebagai pengaturan seksual artinya mengatur hubungan jenis kelamin antar
anggota keluarganya. Hubungan seksual antara ayah dan ibu harus tertib menurut
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
2)
Reproduksi
Keluarga
sebagai agen sosialisasi berperan sebagai tempat yang aman dalam bereproduksi
atau melahirkan anak. Anak dilahirkan dan dibesarkan oleh ayah dan ibunya di lingkungan rumah. Oleh karena itu
orang tua bebas menentukan atau menginginkan jumlah anak yang akan dilahirkan.
3)
Pemeliharaan
Sebelum
dewasa, setiap anak membutuhkan perawatan pendidikan dan kasih sayang dari
orang tuanya. Tanpa pemeliharaan dari kedua orang tuanya setiap anak tidak akan
tumbuh dan berkembang secara baik pula.
4)
Sosialisasi
Berfungsi
sebagai proses berlangsungnya sosialisasi bagi seluruh anggota keluarganya.
Sejak lahir hingga dewasa anak melakukan hubungan sosial dengan keluarganya.
Dalam berinteraksi setiap anak mempelajari nilai-nilai dan norma yang berlaku
di dalam keluarganya. Hal yang diperbolehkan dan yang dilarang dipelajarinya.
Dengan demikian, lingkungan keluarga merupakan tempat belajar yang utama bagi
setiap anak untuk bekal berinteraksi sosial dalam pergaulan hidup bermasyarakat
yang lebih luas.
5)
Kontrol sosial
Keluarga
menjadi kontrol sosial (pengawasan) sosial artinya keluarga dapat berperan
sebagai pengontrol tindakan-tindakan semua anggota keluarganya.
b.
Kelompok Bermain atau Teman Sebaya (peer Group)
Teman
sepermainan merupakan kelompok sebaya yang terdiri dari beberapa anak yang
memiliki umur relatif sama. Dalam kelompok bermain pulalah seorang anak mulai
belajar tentang berbagai nilai-nilai dalam masyarakat. Teman sepermainan
menjadi tempat atau agen sosialisasi yang utama karena melalui teman
sepermainan anak akan mengenal berbagai hal seperti, kata-kata, sikap, dan
perilaku.
Berikut peran
positif kelompok persahabatan bagi perkembangan kepribadian anak.
1)
Anak merasa aman dan nyaman karena dianggap penting
dalam kelompoknya.
2)
Kelompok persahabatan dapat mengembangkan sikap
kemandirian remaja dengan baik.
3)
Remaja mendapat tempat yang baik untuk menyalurkan
rasa kecewa, kuatir, takut, gembira dan sebagainya.
4)
Remaja dapat mengembangkan keterampilan sosial yang
mungkin berguna dalam kehidupan kelak melalui interaksi dalam kelompoknya.
5)
Kelompok persahabatan biasanya memiliki pola perilaku
dalam kaidah-kaidah tertentu yang dapat mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.
6)
Setiap anggota kelompok dapat mengembangkan
keterampilan berorganisasi yang tinggi.
Dalam proses
sosialisasi, interaksi sosial berlangsung di antara teman sebaya dapat
menghasilkan hal-hal sebagai berikut.
1)
Terjadinya proses akulturasi dan asimilasi budaya
karena dalam satu kelompok teman sebaya terdiri dari beberapa orang memiliki
latar belakang pribadi dan budaya daerah asal yang berbeda-beda.
2)
Kelompok teman sebaya mengajarkan mobilitas sosial
yaitu, penggerakan posisi seseorang secara dinamis baik vertikal maupun
horizontal dalam struktur organisasi kelompok.
3)
Kelompok teman sebaya memicu kesempatan seorang anak
memperoleh peran dan status baru.
c.
Sekolah
Agen
sosialisasi berikutnya adalah sekolah atau pendidikan formal. Di sekolah,
seorang anak mempelajari hal-hal baru yang tidak diajarkan di dalam keluarga
maupun kelompok. Sekolah mempersiapkan individu untuk peran-peran baru di masa
mendatang saat ia tidak bergantung lagi kepada kedua orang tuanya. Tujuannya,
memengaruhi perkembangan intelektual anak, tetapi juga menanamkan kemandirian,
tanggung jawab, dan tata tertib.
Robert Dreeben
(1968) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah di samping membaca,
menulis, dan menghitung juga aturan mengenai kemandirian (independence),
prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan kekhususan
(specificity).
Berikut fungsi
dan peran sekolah sebagai media sosialisasi.
1)
Menanamkan nilai
Menurut Emile Durkheim, sekolah
mempunyai tugas dan fungsi untuk menanamkan nilai-nilai yang bermanfaat guna
mempertahankan sistem sosial. Sekolah merupakan gambaran (miniatur) dari
masyarakat. Sebagai salah satu agen sosialisasi, sekolah memiliki peran sentral
yaitu, mengubah maupun memproduksi berbagai sistem nilai budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
2)
Menanamkan peranan sosial
Dalam berbagai kegiatan di sekolah,
siswa diajarkan berbagai kecakapan. Mereka juga berkesempatan memegang peran
dalam berbagai organisasi (OSIS, Pramuka, pecinta alam, dan lain-lain ).
3)
Menciptakan Integrasi Sosial
Peran ini penting bagi bangsa
indonesia yang memiliki beragam suku, agama, dan kelompok sosial. Sekolah
mengajarkan nilai-nilai hidup bersama dan toleransi kepada para siswa.
Nilai-nilai tersebut diterapkan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari
warga sekolah. Bentuknya dapat berupa pemberian perlakuan, kesempatan, dan
pelayanan yang sama kepada setiap siswa.
4)
Melahirkan Trobosan-trobosan Baru
Proses belajar mengajar yang
berlangsung di sekolah memungkinkan terciptanya hal-hal baru yang positif.
5)
Membentuk kepribadian siswa
Siswa dibiasakan tertib, berpikir
logis, hidup terencana, bekerja sama, berpacu dalam prestasi, saling
menghargai, dan bertenggang rasa. Akhirnya, terbentuklah kepribadian siswa
sehingga menjadi warga masyarakat yang baik dan berguna.
d.
Lingkungan kerja
Lingkungan
kerja sebagai agen sosialisasi juga mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan
kepribadian seseorang. Di lingkungan kerja seseorang akan berinteraksi dengan
teman sekerja, pimpinan, atau dengan relasi bisnis. Kelompok kerja misalnya,
pegawai kantor, pedagang, petani, dan lain-lain.
Dalam
suatu proses interaksi akan terjadi proses saling memengaruhi.
Pengaruh-pengaruh tersebut akan menjadi bagian dari dirinya. Jadi, apabila seseorang lama
bekerja di lingkungan kerja tertentu kemudian pindah ke lingkungan kerja lain,
maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan
kerja yang baru tersebut.
Adapun
identifikasi proses sosialisasi yang terjadi di lingkungan kerja adalah sebagai
berikut.
1)
Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan
hasil kerja.
2)
Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa.
3)
Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan.
4)
Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan
antarkolega.
e.
Media Massa
Media
massa terdiri dari media cetak dan elektronik. Media massa diidentifikasikan
sebagai agen sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Pesan-pesan yang ditayangkan di televisi dapat mengarahkan masyarakat ke arah perilaku
proporsional (sesuai dengan norma-norma masyarakat) atau perilaku antisosial
(bertentangan dengan norma-norma masyarakat). Oleh karena itu, media massa
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan emosi masyarakat,
maka penayangan harus disesuaikan dengan kepribadian berdasarkan kualitas dan
frekuansi pesan yang disampaikan.
f.
Masyarakat
Masyarakat
memberi pengaruh dalam proses sosialisasi seseorang karena orang tersebut akan
banyak berinteraksi dengan masyarakat sekitar di mana ia tinggal. Mudah tidaknya seorang individu
bersosialisasi dipengaruhi oleh kemajemukan suatu masyarakat, di mana semakin
majemuk suatu masyarakat maka proses sosialisasi akan semakin sulit.
Masyarakat
pedesaan pada umumnya masih bersifat homogen sehingga proses sosialisasi bisa
berjalan dengan lancar. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang mempunyai
tingkat kemajemukan yang tinggi sehingga pelaksanaan sosialisasi akan sulit
terjadi.
B. TAHAP-TAHAP PROSES
SOSIALISASI
a. Pemikiran George Herbert Mead
George
berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat dibedakan melalui
tahap-tahap sebagai berikut.
1)
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
George Herbert
Mead mengemukakan bahwa tahap persiapan merupakan tahap persiapan seorang anak
untuk memperoleh pemahaman tentang dirinya. Dalam tahap persiapan ini seorang
anak akan melakukan kegiatan meniru secara tidak sempurna.
Pada tahap ini
seorang anak dipersiapkan untuk mengenal dunia sosialnya dan diharapkan dapat
mengikuti tatanan yang berlaku dalam masyarakat, tanpa melupakan pengenalan terhadap
perwatakan yang ada pada dirinya. Pada tahap ini anak menunjukkan perilaku
belajar berbicara pertama kali.
2)
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap
meniru di tandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini, mulai berbentuk kesadaran
tentang nama diri dan siapa nama orang tuanya. Anak mulai menyadari tentang apa
yang dilakukan seorang ibu dari apa yang diharapkan seorang ibu dari anak. Dari
sebagian orang tersebut, merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi
pembentukan dan bertahannya diri, yaitu dari mana anak menyerap norma dan
nilai. Bagi seorang anak, orang-orang ini disebut orang-orang yang sangat
berarti.
3)
Tahap Siap Bertindak (Game Stage)
Pada
tahap siap bertindak, peniruan yang dilakukan seorang anak sudah mulai
berkurang dan akan digantikan peranan yang dimainkan sendiri dengan penuh
kesadaran dan kreativitas. Anak mempunyai kemampuan untuk memosisikan dirinya
pada posisi orang lain dan menyadari segala sesuatu yang dilakukannya sehingga
akan memunculkan kemampuan berinteraksi dalam masyarakat.
4)
Tahap Penerimaan Norma Kolektif (Generilized Stage)
Pada
tahap ini seseorang telah di anggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan dirinya
pada masyarakat secara luas. Dengan kata lain, dia dapat bertenggang rasa,
tidak hanya dengan orang yang berinteraksi dengannya, tetapi juga dengan
masyarakat secara luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan,
kemampuan bekerja sama, bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya. Dan
menjadi masyarakat sepenuhnya.
b. Pemikiran Charles Horton Cooley
Berdasarkan
pendapat Charles H. Cooley, konsep diri (self concept) seseorang berkembang
melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi
dengan orang lain disebut looking-glass self (diri yang bercermin / memandang
diri sendiri).
Berikut tiga tahap terbentuknya
looking-glass self.
1)
Persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
2)
Persepsi mengenai penilaian orang lain terhadap
penampilannya.
3)
Seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang
dirasakannya sebagai perasaan orang lain terhadapnya.
AGEN-AGEN LAIN
Selain keluarga,
sekolah, kelompok bermain dan media massa, sosialisasi juga dilakukan oleh
institusi agama, tetangga, organisasi rekreasional masyarakat dan lingkungan
kerja. Semuanya membantu seseorang dalam membentuk pandangannya sendiri tentang
dunianya dan membuat presepsi mengenai tindakan-tindakan yang pantas dan tidak
pantas dilakukan. Dalam beberapa kasus, pengaruh-pengaruh agen-agen ini sangat
besar.
Keluarga
Kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang adalah keluarga. Dimana kita juga diperkenalkan tentang nilai gender misal : anak perempuan membantu ibu di dapur dan anak laki-laki membantu ayahnya membetulkan genting.
Kelompok yang paling berperan dalam pembentukan pribadi seseorang adalah keluarga. Dimana kita juga diperkenalkan tentang nilai gender misal : anak perempuan membantu ibu di dapur dan anak laki-laki membantu ayahnya membetulkan genting.
Tapi , sebelum si anak terlanjur terjerumus, orangtua dapat
melakukan berbagai upaya untuk melindungi si anak. Dan pastinya apa yang di
ajarkan oleh keluarga akan dibawa oleh anak dari rumah keluar rumahnya ketika
ia berinteraksi dengan teman sebayanya.
Adapun upaya itu adalah :
1. Memberi kebebasan bersyarat di mana
anak dibiarkan untuk tetap bergaul dengan teman-temannya tetapi tetap
diawasi.
2. Diberikan pendidikan agama yang cukup di luar lingkungan
sekolah
3. Memberikan contoh dampak negatif orang yang sudah
terjerumus dalam pergaulan yang negatif
4. Berusaha untuk menjadi teman curhat anak dan memberikan
solusi/saran yang intinya mendukung anak, agar mereka tidak merasa kesepian dan
melampiaskannya pada pergaulan
Jadi, tidak selamanya teman sepermainan itu dapat memberikan
dampak yang baik atau positif terhadap kepribadian si anak, melainkan ada juga
dampak negatifnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Fungsi serta
agen dan tahap-tahap sosialisasi sebagai peran dalam keluarga, kelompok
bermain, sekolah, lingkungan kerja, media massa, serta masyarakat sangat
berpengaruh terhadap berkembangnya pola pikir serta tingkah laku anak. Seperti keluarga, membimbing
dan membesarkan anak, terus teman bermain anak mempelajari nilai dan norma,
kultur, peran agar anak dapat berpartisipasi yang efektif di dalam kelompok bermainnya, sekolah juga
seperti itu, menanamkan nilai, melahirkan trobosan-trobosan baru, dan lain
sebagainya. Lingkungan kerja, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepribadian
seseorang, serta masyarakat, memberi pengaruh besar dalam proses sosialisasi seseorang karena
orang tersebut akan banyak berinteraksi degan masyarakat sekitar di mana ia tinggal.
DAFTAR PUSTAKA
Kamanto Soenarto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga
Penerbit FE UI.
Mu’in,
Idianto. 2004. Sosiologi Jilid 1 SMA
Kelas X. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
Soerjono Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar; Edisi Baru
Keempat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.